Selasa, 17 Juli 2012

TANYAKU





*‘Kapan lagi kutulis untukmu. Tulisan-tulisan indahku yang dulu.
Pernah warnai dunia, Puisi terindahku hanya Untukmu’.

Antara baris lagu itu. Terselip beberapa tanya untukmu. Pertama, adakah kau tersenyum mengenangku? Atas luka yang kau hidang di bola mataku. Sejak kau menangis dipeluknya. Menghadirkan cemas yang ganas. Benci yang caci. Kedua, kapan lagi kau mencintaiku? Mengusap ribuan sesal dan bara di dadaku. Mengeringkan mata dengan pesona senyummu. Bibir merah yang indah. Garis senyum yang ranum. Ketiga, maukah kau menjadi bait-bait puisiku lagi? Menjadi telaga dalam kering imaji. Menjadi awan saat mentari berpijar menyinari. Atas panas yang beringas. Sejuk yang peluk.

*Mungkinkah kau kan lembali lagi. Menemaniku menulis lagi.
Kita arungi bersama. Puisiku terindahku hanya Untukmu’.

Jika kau diam tak bergumam. Ini tanya terakhir, dariku yang mencintaimu penuh khawatir. Sudikah menikah denganku?. Menyatukan mimpi tanpa tepi. Memupuk cinta yang lapuk. Mewarnai hidup yang redup. Membagi kasih tak letih. Memadu hati hingga mati.  Sekali lagi, Sudikah menikah denganku?

Juni 2012

* Petikan Lagu Jikustik ‘Puisi’

0 komentar:

Posting Komentar

 
;