Aku masih menatapmu dengan cinta yang sama
Tiga tahun setelah kau berpamit berpaling muka
Di senyummu aku masih menemu telaga subur
Sebatang beringin rimbun dan tanah gembur
Kau membawa segumpal kenangan-kenangan silam
Saat cinta memaksa kita mengarungi malam kelam
Tanpa kasur, keramik dan sebuah sofa empuk
Hingga tahun ke tahun cinta kita semakin lapuk
Di matamu, peta itu masih tergambar rumit
rumah sederhana yang tak kuat menaungi hidup hingga mati
sejengkal tanah yang tak bisa terbagi untuk anak cucu nanti
Angin membisik sebaris sesalmu,
‘Aku ingin pulang, sebab malam terlalu dingin,
dan pagi adalah sesal terdalam. Sebab cinta yang kau tanam
membuat rindu menggebu. Sebab kasih yang kau beri,
adalah anugerah terindah yang baru kusadari.
Sebab bersamamu adalah tangis yang paling manis’.
Bara api di dadaku mulai padam
menghanguskan ribuan batangan dendam
2012
0 komentar:
Posting Komentar