Shubuh tadi, ketika adzan memanggil
Ia bangkit menegakkan tubuh yang gigil
Membasuh segenap jiwa dan raga
Menemui Tuhan dalam suci sembahyang
Bunga mungil itu memilih dewasa
Aliran duka dan tawa ia rasa
Namun senyumnya tak jua gugur
Walau beribu tangis terbiasa menegur
Masihkah kau sebut nama Ibumu
Saat hujan memaksamu berteduh dalam sepi
Ibu yang memberi darah merah
dan senyum abadi seperti dewi
sebuah asal yang sempat memberi sesal
Ingin sekali mengunjungi rumahmu
Melihat malaikat dengan senyum memikat
Atau bidadari dengan wajah lembut berseri
Menjumpai asal yang mencipta
beberapa puisi di wajahmu
Barisan rima yang tersusun indah
antara garis hidung dan lentik matamu
dari jalan-jalan yang sering kau lewati
hidup adalah keindahan jika kau mengerti
2012
0 komentar:
Posting Komentar