Selasa, 26 Juli 2011 0 komentar

Pertanyaan Berulang


dalam irama tak kukenali

sebuah melodi merdu menarik hatiku

memaksa bertanya tentangmu


apakah wajahmu masih semanis dulu

ataukah matamu masih seindah dulu

atau sudahkah terjamah lelaki itu


diam-diam aku mulai mengikuti alurmu

sesekali terjatuh namun tak mengapa

akan kubalut luka dengan pelepah korma



tapi mimpi itu berulang menyapa

seorang perempuan hamil dipagi buta

seorang bocah kelak nanti memberiku pisau

memaksaku segera membunuh ayahnya

yang telah menjadikannya anak haram


Juli 2011

Senin, 11 Juli 2011 0 komentar

Saat Penguasa Berjalan dikotaku


Gigi emasnya terpancar terkena mentari
raut senyumnya begitu mempesona
dengan mobil mewah dan pengawal baja
serta senjata dan rombangan berjuta

menapaki jalan-jalan kumuh dikotaku
menjilati rakyat-rakyat yang sedang kelaparan
bahkan menyerempet pedagang kaki lima
dan memberikan debu bising bagi peminta-minta

Senyum-senyum itu seperti pahit
seperti roti usang belasan tahun
dan kita semua terpaksa menelannya
atas nama pejabat dan para penguasa



12 Juli 2011
KalaSiangTerbakarMentari
0 komentar

Kau Yang Kukira Dewasa


Kau yang kukira dewasa
senja ini menitip pertanyaan
tentang siapa yang pantas
dan bisa jadi pendampingmu

kau yang kukira dewasa
hatimu telah kau bungkus rapi
dengan benih-benih besi
dan kau sulam lembut dengan api

kau yang kukira dewasa
masih bermain dengan boneka
dan merenung menikmati senja


Juli 2011
0 komentar

Mimpi-Mimpi Pesakitan


berikan padaku tiga atau empat buah kata
akan kugubah jadi sajak penuh makna
walau kutau takkan mampu menyentuh hatimu

mainkan untukku nada-nada dan musik langit
akan kugetarkan dunia dengan alunannya
namun selalu iramanya tak merdu tanpa senyummu

dan ketika bulan masih dalam peraduannya
kau bawakan kembang tujuh rupa dan sesaji
memaki-maki hatiku yang terlalu dalam memujamu
membiarkan gerimis hujan membasahi rambutmu
dan membiarkan angin malam mengetuk hatimu
sampai kuterbangun dan kau menghilang pasti

dalam degup-degup kebingungan
hatiku telah menjadi hampa kau tinggal tiada
0 komentar

Bidadari Jatuh Terluka


dia datang dengan aroma lavender
menyeruak ke dalam lemari besi
membuka hati dan sedikit telinga
lantas membiarkan semut menggigitnya

mengerdip ia menahan sakit
dan darah masih menetes disayapnya
air matanya laksana berlian
dengan kilau dan wewangian surga

tak ubahnya seperti hujan
sejuk dan matanya sedikit sayu
bidadari itu malam ini datang
membawa makanan dan semangkok kurma

aku melahapnya dan ia menatap
dan pandangannya begitu dekat dengan surga
namun tangannya terkadang membawaku ke neraka
dan Tuhanku kali ini hanya sedikit tersenyum
0 komentar

Malam-Malam Pengasingan


lagi-lagi kau harus menelan beberapa butir obat
dan bila kau mengingatnya masih bersama lelaki itu
lelaki yang begitu tak kau kenal
namun begitu menyita perhatianmu beberapa
minggu terakhir ini

dan perempuan seperti itu layaknya asap yang kau hirup
penuh dengan bayangan dan tiada kepastian

dan kali ini kau biarkan otak kirimu melayang
menyusuri malam, merambah hutan, menangisi takdir
memang luka kian dalam
dan perempuan itu masih tersenyum
melihatmu terbaring mati kian mendambanya


Kumbung, Juni 2011
0 komentar

Jangan Panggil Aku Monyet


Jangan panggil aku monyet
ketika suaraku melukaimu
ketika lakuku membuatmu kecewa
atau ketika mimpiku menghalangi mimpimu

Jangan panggil aku monyet
di saat hatimu tergores perih
di saat ragamu berulang kuhancurkan
atau ketika lehermu tercekik karenaku

Tolong jangan panggil aku monyet
karena ku hanya manusia dengan dosa
namun setidaknya mencoba dewasa
walau perih dan luka kian terasa
0 komentar

Melewati Rumahmu 3


dan pada kekasih dan bendungan itu
telah kutanamkan hati sedalam lima meter
delapan bulan lalu bersama rindu
yang tak terkikis oleh musim dan waktu

dan air ini masih harum seperti dulu
seperti aroma parfummu waktu itu
jalan setapak ini selayaknya menunggu
jejak-jejak hatiku melewati rumahmu

senyummu terasa di setiap langkah ini
seperti angin dingin menusuk dinding hati
dan kau berdiam tak menanti pagi
menawarkan segelas kopi pahit tanpa gula

dan pada kekasih dan bendungan itu
aku akan menunggu dibalut waktu
akan kurawat dan kutanam hatimu selalu
dalam bingkai luka dan rinai tawaku



Joben, Juni 2011
0 komentar

Lelaki Pengantar Bunga


Kerap kali perasaanya berat dan letih
Lelaki itu kali ini seperti biasa tersenyum
setelah beberapa energi pulih dan pagi
sudah mulai membuka janji dan kesetiannya
yang sudah empat bulan terakhir menjadi rutinitasnya

mengantar bunga dan menaruhnya tepat waktu
walau dingin masih menggantung dan ngantuk
masih mendera dan menyayat hatinya pasti
ia selalu melangkahkan kakinya dan tak lupa
menyiapkan bekal dan hati untuk memulainya

perjalanan berpuluh kilometer akan ia tempuh
dengan sisa-sisa senyum dan semangkok bakso

entah dia merasa bodoh atau mungkin merasa hebat
kali ini ia terduduk menikmati angin dan menunggu
membiarkan nafasnya mengeluh dan menariknya pelan
tanpa lupa memegang sebuah kunci, dan handphone ditangan

dan tatkala senja datang, dan sebuah pesan masuk
ia bergegas bangun dari tidur dan mimpi-mimpinya
merapikan baju dan berangkat mengakhiri pekerjaanya

jam sudah pada waktunya dan dia mesti mengantar balik
walau perjalanan bersisakan kabut dan gerimis
ia sedikitpun tak kelihatan letih dan meringis
bahkan tidak sesekali menyesali takdirnya
sebagai pengantar bunga demi hatinya



Pemandangan di Balik Kaca
Juni 2011
0 komentar

Kau Yang Kukenal Delapan Bulan Lalu


Kau yang kukenal delapan bulan lalu
hanya untukmu, ku rangkai seikat kamboja
kusulap jadi mawar merah mempesona
kurangkai tiap kata dan kugubah jadi sajak bermakna
namun kau masih ragu tak percaya
andaikan kau tau, gelisah ini akan hilang
saat senyum manis mu menyeruak masuk
menggetar-getarkan seluruh isi ragaku

Kau yang kukenal delapan bulan lalu
hanya untukmu, semua mimpi lain terabaikan
prinsip dan keyakinan selama ini luntur
terkikis bahkan menjadi lupa siapa aku
hanya untuk sekedar bisa menyentuh
dan memegang hatimu walau sekejap
namun kau terdiam saja menutup mata

Kau yang kukenal delapan bulan lalu
setiap malam kulantunkan puja puji untukmu
bernyanyi dalam gelap dan menangis dalam lelap
mengigau dan hanya terfikir menyebutmu
walau bibir ini kelu dan lidah ini beku
namun wajahmu tetap berkuasa
dalam nyata dan maya, bahkan dalam
dingin embun dan panasnya terik mentari

dalam rindu, senyap, sunyi, sepi dan lelah
datanglah membawa semua repihan hatimu
dan ceritakan padaku semua cinta dan citamu


12 Juni 2011
0 komentar

Perempuan Yang Pergi Tanpa Kata


Lemari itu telah kosong dan sepi
tanpa tangis tanpa janji dan cinta
kau bergegas mengemas sayangmu
dan enggan membalik lagi jejakmu

menanggalkan kacamata dan sepatu merah tua
tanpa selembar kertas sebagai tanda
atau sekedar salam pamit kau lupa
bahkan untuk sekedar menyapa kucing
yang sudah tiga tahun kau bersama

begitu berat harus kau pijak langkah itu
tanpa senyum dan cinta darinya
tanpa kata dan sekedar cium hangatnya
tanpa peluk dan sentuhan lembutnya

diatas kapal sunyi, berulang kali kau hembuskan asap
dari sebatang rokok yang menempel di bibirmu
sesekali air mata menetes dan bercampur air laut
membentuk suatu muara kalut perih dibatinmu

memang, tak ada kata, tak ada janji dan cinta
yang ia tinggal hanya luka dan rindu masih melanda
dalam hati kau terus berucap, semoga kelak semua berbeda



Juni 2011
0 komentar

Perempuan dan Secangkir Kopi


Yang menjadi penantian adalah kamu
Untuk membuka atau sekedar membiarkan angin
dan semut hitam masuk ke celah hatimu
tak ubah penantian ini seperti menunggu gerbang STKIP
terbuka dan wajah-wajah manis akan berlalu lalang

pemandangan sehari-hari yang terlihat dari balik kaca
memberi ruang-ruang kecil dan aku termenung
sudah saatnya tersadar bahwa hati tak bisa dipaksa
bahkan sangat tidak bisa diarahkan dan ditujukan
walau harus dihujam dengan sebilah pisau dan segenggam cokelat

seperti penjual gula yang hadir dengan pesonanya
begitu mudah ia terpikat dan membuka semua hartanya
namun ini begitu jauh berbeda dan sangat tak biasa
ia masih menjadi misteri dan masih tanda tanya

dan ketika kelak kau terbangun dan mencicipi kopi ini
mungkin kau akan sadar manismu masih tertinggal disini
tak pernah terganti oleh sekian musim dan gerimis angin
0 komentar

Aku Akan Menjawab Namaku Iga


sudah kuduga kau akan datang
menunggang kuda putih baik hati
memegang seikat bunga yang kunanti
dan sebuah lilin putih tanpa api

aku masih disini membalut malam
dan merangkai kisah itu, karena aku perempuan
dengan rambut panjang yang selalu kau belai
dan tubuh ramping yang selalu kau dekap

walid, duka itu kian rapuh membiru
dan air mata kian berubah warna
tatkala kau datang maka cahaya itu bersemi
mengendus-endus dan menyapa lembut

maka dalam gelap tanganku meraba
dan senantiasa terkepak dan terbang
menuju dan berlabuh di dasar hatimu
kian jauh sampai terlupa akan waktu

suaramu merdu memanggil namaku, Iga
dan matamu bening menatapku
seakan waktu dan jam berhenti
namun degup hati melaju tinggi

betapa aku ini hanya perempuan
merindumu walau raga hampir mati
sampai ku terlelap dan kau menjaga pasti
0 komentar

Perempuan Itu Bernama Lia


Kupandangi lukisan perempuan di dinding kamarku
perempuan yang lebih banyak diam dan selalu tegar
wajahnya begitu mirip denganmu
dan aku mengingatmu malam ini

Lia... Lia... Lia...
seruan itu memecah sunyi dan kau tak peduli
ketika pagi kau terbangun semua telah berganti
tak ada lagi bangku kuliah atau senyum manis temanmu
bahkan gurau mereka tentang SPP dan makalah yang belum jadi

kau terdiam, pecahan air menggenang dan menetes di pipi
sesekali berkilauan terkena sinar mentari dari jendela
pintu kamarmu terkunci rapi dan kau memilih menyendiri

sementara sang Bapak diteras luar termenung
membiarkan semut-semut menyicipi segelas kopinya
tatapannya kosong, mungkin menyesali
bahkan mungkin mengutuk jalan pikirannya sendiri
yang tanpa ia sadari anaknya sudah dewasa
dan sudah saatnya mengenal dan merasakan cinta

kau paksakan tersenyum, walau mata itu lemah dan sedih
menatap cermin kau tak sanggup
mengambil sisir dan merapikan rambut

Lia... Lia... Lia...
panggilan itu terdengar sunyi
sang Ibu kini tak mampu tersenyum
membakar buku-buku yang tak lagi kau baca

cobalah ingat apa yang kau ucap beberapa bulan lalu
bukankah kau pernah berkata ketika menaiki anak tangga di kost mu
kau ingin jadi bintang, yang selalu bersinar dan berguna
raihlah dan yakinlah cahaya itu kian dekat memasuki aliran darahmu


(Buat Fitri Aprilia)
0 komentar

Kata-kata dari Tubuhmu


matamu menatap, asing
alismu mengerut, perih
bibirmu mengucap, pahit
hidungmu mengendus, amis
lidahmu berdecak, sesal

telingamu mendengar, jerit
nafasmu berbisik, kelu
lehermu kosong sayapmu tegak
tanganmu memeluk, hampa
kakimu berpijak, hilang

dan kau tetap masih bersamanya
memeluk dan bercerita dengannya
sementara aku masih duduk ditempat yang sama



6 Juni 2011
0 komentar

Aku Yang Kau Panggil Perempuan (2)


masih terdengar suara adzan siang ini
sementara perempuan itu masih membawa bakul
keringatnya jatuh menetes menyentuh bumi
dan anak dalam gendongannya menangis tiada henti

digenggamnya sebuah mimpi dan membuangnya jauh
diganti dengan jerit dan tangis memilukan hati
perempuan itu hanya termenung dengan mata kosong
sesekali mengerdipkan matanya terkena debu

anakku kau masih saja menangis, sedangkan Ibu hanya meringis
Hari ini makanan telah dititip Tuhan, walau hanya pas-pasan
sambil tangannya memegang air wudhu dan mengusap dimukanya

dan ketika mentari tepat di atas kepala
ia sempatkan menengadah dan berdo'a
berharap Tuhan masih menuntunnya mesra
dan setia menjaga dan memegang anak-anaknya



Juni 2011, Panas-panas tanpa hujan
0 komentar

Aku Yang Kau Panggil Perempuan


Ketika aku terlahir dan kau berkata
tubuhku adalah embun tubuhmu adalah racun

ketika malam menatapmu sendu
kaupun masih berkata
jiwaku adalah pasir jiwamu adalah batu

saat kau menjerit lapar
kau masih saja berkata
mulutmu adalah pisau dan janjimu adalah belati

kau perempuan bukan lelaki
dan kau adalah malam bukan siang
tapi hidupmu adalah sejarah dan matamu adalah emas
bibirmu adalah kasih dan tanganmu adalah besi

lantas kau angkat sebuah keranjang
berisi apel dan jeruk-jeruk kusam layu
menumpahkan dan menjerit siang-siang

aku adalah perempuan dengan luka memar
dan lelaki itu adalah iblis dengan taring panjang
menikam dan membunuhku pelan, pelan sekali

air matamu jatuh dan kau memungutnya
hatimu kau buang dan mengganti dengan darah
darah dari sejuta hati yang kau benci
dan sama sekali kau tak mau peduli

entah surga atau neraka kian menanti



Juni 2011
0 komentar

Surat Bunuh Diri Tanggal 30 Juni 2011


Tanam mayatku tatkala hujan bernyanyi
bisikkan do'amu tatkala bulan menerangi
taburi kembang itu saat purnama menghampiri
dan sirami saat bintang-bintang bisu dalam gelap

adakah engkau akan bernyanyi sendu dan pilu
atau bahkan berteriak riang dan tertidur lelap
bagaimana aku telah pergi dan tak terlihat
dan lelaki itu masih setia menunggumu diam

bagaimana perihnya hati saat dia mencumbumu
bagaimana sakitnya tubuh ini kala rindu menyiksa
semoga kepergian ini membuat keraguanmu hilang
dan menjadikan langkahmu tegap tuk berjalan

dalam gelap, semoga senyummu memberikan seberkas sinar
0 komentar

Dua Buah Surat Bunuh Diri dari Dua Perempuan Malang


Surat Pertama,

maaf ayah maaf ibu
suara terlalu berat tuk diucap
biarlah surat ini jadi penjawab
mungkin hari ini kalian menangis bahkan mengutuk
tapi derita harus segera ditutup
ini adalah hidup dan aku tak sanggup
lihatlah betapa sehari-hari jantungku berdegup
dan hari ini sebuah cerita harus berakhir lembut
ketika sore dipemakaman, biarkan ibu guru ku berlutut
menyesali atau memuji dirinya
yang begitu kejam menghina dan memaki
tatkala uang SPP tak mampu ku lunasi
dan cicilan sumbangan perpisahan tak pernah kupenuhi
begitu berat jalan hidup ini bapak, Ibu
maaf aku harus pergi meninggalkan kalian terlebih dulu



Surat Kedua,

kemana lelaki itu pergi, hanya ini pertanyaan yang kutitip
sekian rindu berlalu dan ia tak jua datang
saat kehamilan menyerang dan batin dihujat ribuan mulut
ia pergi dengan wanita yang baru sebulan ia kenal
mendaki malam dan mewarnai siang tanpa peduli deritaku
sampaikan pada lelaki itu
kupilih ini bukan untuk menangisi atau menyesalinya
namun karena hidup tak mampu lagi untuk ku raba
hidup tak mampu lagi untuk ku bahas
dan hidup tak mampu lagi untuk ku bercerita

(Inspired by : Berita Pagi di Trans TV)
0 komentar

Perempuan Yang Datang Pagi Ini dengan Alis Tersusun Rapi dan baju Ungu Berseri


Pagi ini tak seperti biasa
dia datang dengan tergesa
seakan perasaan ini memaksa
dan letihpun sungguh tak terasa

sementara lelaki itu menunggu resah
sang perempuan hanya terlihat pasrah
dan aku masih bekerja walau lelah

aku mencintainya dengan hati
bukan dengan keangkuhan yang sulit dimengerti
dan perempuan itu seperti lupa bahwa hati tak bisa dibagi
dan hanya bergumam tentang mimpi dan pertigaan hati

tapi senyumnya masih manis pagi ini
dengan alis mata yang tampak tersusun rapi
walau ku tau hatinya mungkin meringis sepi
dan bibir tipisnya terlihat kering pucat pasi

dan bila kau masih ragu akan semua kenyataan ini
mohon jadikan kami sebagai pelipur hati dikala sepi
jangan tanamkan cinta yang kemudian melukai hati




Pancor, 31 Mei 2011
0 komentar

Perempuan Kedua


masihkah kau mengingatku
ketika perempuan itu membelaimu
dan meneduhkanmu dengan candanya
mengganti hitammu dengan warnanya
menenteramkan malammu dengan cintanya

masihkah kau menyebut namaku
ketika ia menuntun tanganmu mesra
menyusuri garis pantai dan menyinggahi surga
menghangatkan kaki hingga ujung rambutmu
dan membuat satu lingkaran penuh dihatimu

masihkah kau mencipta puisi untukku
di saat ia mulai berkuasa di otakmu
hidung mancung dan bibir tipisnya lekat dimatamu
desah nafasnya membalut nafasmu
dan mengukir erat hatimu dengan namanya

seperti aku mengingatmu sekarang
disaat kematian duduk setia menunggu disampingku



Pancor, 29 Mei 2011
0 komentar

Perempuan Itu adalah Ibu


kesakitan adalah sebuah rasa syukur
berdiri diantara hidup dan mati, sangat sakit Nak
dan kau masih saja tersenyum dan menguatkanku

genggam tanganku Nak, ini dunia
dunia yang kelak memberimu senyum riang
dunia yang nantinya mengajarkanmu dewasa

senyum di bibirmu manis Nak, ini anugerah
bisikan di telinga Ibu bahwa kau bahagia
bisikan sekali lagi tangismu adalah tangis kebahagiaan

dan kau hanya mampu berkata,
katakan pada dunia bahwa aku telah lahir
sampaikan pada semesta aku akan membuat ibuku bangga
beritakan pada jagat raya, aku akan berguna
bagi nusa, bangsa dan agama

Semoga, degup bibirku hanya mampu berkata, semoga

ketika Tuhan menuntunmu dengan tanganNya
mohon jangan pernah tinggalkan, walau hanya sekejap mata



(Buat Keponakanku yang baru saja menatap dunia,
semoga mentari senantiasa memberikan keteduhan
dan malam selalu memberi naungan)
0 komentar

Perempuan Cantik di Depan Cermin


Yang kutakutkan adalah masa tua
dimana raga tak lagi berguna
dan kaki ini tak kuat lagi menopang

tubuhku yang montok ini tak lagi indah
jemariku yang lentik ini akan menjadi kasar
bibirku yang manis yang entah berapa lipstik habis
tak lagi menarik untuk dilihat bahkan mereka mungkin meludah
apakah hidungku yang mancung ini juga akan dipenuhi keriput ?

Lantas ia ambil jam dinding dikamarnya
melepas baterenya dan membiarkan jarum jam diam
tak bergerak membunuh waktu
dan Ia tertawa sendiri menikmatinya
(inspired by : Perempuan cantik yang ngaca di depan warnet, siang 27 Mei 2011)
 
;