Aku memendam perasaan yang dalam.
Pada gadis bermata tajam. Gadis yang mengikat mimpi dan citanya diatas dendam.
Nyala-nyala lilin kian temaram. Di kamar kost ia selalu menangisi malam. Atas
masa lalu yang kelam. Kisah cinta dan hati yang perlahan karam. Hari esok yang
mungkin cerah atau kian padam.
Aku menitip rindu seperti laut.
Kepada semangat dan senyumnya yang tak surut. Walau air mata senantiasa bermain
di hatinya berkabut. Ia tak henti bersujud lutut. Sebaris do’a di bibirnya
terpaut. ‘Tuhan, berikan hidup indah tanpa rasa takut. Berikan perasaan ikhlas
tanpa harus menuntut’.
Demikian aku menaruh cinta
sepenuh hati. Kuhadiahkan dengan sekotak peti. Untukmu yang tak kan terganti. Walau jiwa
hampir mendekati mati. Kucoba bangun, perlahan kau kudekati. Sungguh, aku
memikirkanmu hari ini dan nanti. Meski rindu terkadang seperti belati. Menikam
dan mencabik segenap isi hati. Namun kau tetap harum bagai melati.
Semoga kau berkenan. Belajar
mencintaiku perlahan. Pelan dan sangat pelan.
Rifat Khan, Juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar