Kamis, 12 Januari 2012 3 komentar

Kepada Susanti


Kepada Susanti

Sepatu merah Cinderella menempel dikakimu. Dengan sweater kuning cerah tak beraroma darah. Seirama warna kulitmu kuning bercahaya. Kau berjalan tergesa dibawah gerimis kecil. Gerimis yang berpadu dengan jantungku. Suaramu bening menyapu hening. Senyumu tipis berair tak kering. Tatap matamu adalah panah fajar yang menyingsing. Genggam aku, sekali saja biar kurasa lembut kulit dan harum sejuk tatapmu. Karena melihatmu sedetik saja, aku terlupa bagaimana sakitnya menunggu mati.

9 Januari 2012


Kepada Susanti (2)

Bagaimana aku tak mengatakan aku jatuh cinta, jika pesona matamu adalah mimpi berturut selama seminggu. Semampai badanmu adalah jelmaan sejuk di musim panas. Gerak senyum dan tawamu adalah cahaya di malam gelap. Maka biarkan aku jatuh cinta, sekali, dua kali atau berkali. Sebab dengan merindumu, ujung jemariku bergerak cepat menuntunku menulis beberapa bait tentangmu. Tentang rindu dan mimpi sendu. Karena ku yakin, di wajahmu tersimpan begitu banyak puisi.

9 Januari 2012


Kepada Susanti (3)

Siang ini. Sakit kepala mendera. Itu kau ucap lewat sebait pesan. Namun seperti biasa ada tawa disela perihmu. Hahahaha. Seperti itu. Selalu kau sempatkan tertawa. Namun dari balik jendela, aku mulai tak mengenal angin. Entah dari mana ia datang. Dari rambutmu kah atau dari ujung hidungmu yang sedikit mancung. Maka sejak ini, aku terbiasa dengan hampa. Menunggu pesan atau sekedar membuka pintu. Berharap hadirmu adalah kerinduan terdalam sepanjang waktu.

9 Januari 2012


Kepada Susanti (4)

Sejak kapan nama itu mulai mengusik perlahan nan pasti. Susanti. Sebuah nama singkat yang kian lekat dihati. Nama itu adalah sekuncup bunga diujung belati. Nama yang tak mampu kuraba atau kudekati. Nama yang sering terucap dalam gemetar bibir. Nama yang tak ubahnya seperti hujan nan petir. Menggelegar dan terus menyita sedikit waktuku berfikir. Namun dengan mengenal nama itu. Angin senantiasa menerpaku semilir. Mengantar senyum pagi di bibir. Ah, aku ingin mencintaimu saja. Cukup itu saja.

2012

 
;