Selasa, 17 Juli 2012

J A M U A N




Sehangat nasi di meja makan, hatimu masih menggerutu memaki-maki. Menggelinding gumpalan dendam yang kau tata utuh. Serupa belati yang siap menerkam memakan ulu hati. Senyummu menggambarkan sejumlah kesal dan rasa tak teramini. Menatapku dengan tajam yang masih diam tak bergeming.

Jamuan di meja makan kau suguhkan dengan lantang. Hujan, badai, gemuruh adalah menu yang harus kau tuntaskan. Seraya membasuh tanganmu siap menikam sebilah pisau yang telah lekat di namaku. Sayap-sayapku mulai beku. Karena aku gagu dalam mencintaimu.

Piring, garpu, cangkir semua melebur. Kepingan hatiku mulai hancur. baiklah, kau putuskan membunuhku sebelum melihat jantungku. Karena segenggam maaf tiga hari lalu terlanjur busuk. Karena cinta terdalamku hanya membuatmu hina. Demikian kau rasa.

Dik, aku akan berdiam. Menikmati setiap cacian. Karena namamu terlanjur dalam mengukir di kalbu. Tikam saja tepat di dada. Karena ku yakin kau melihat dirimu sedang bermain layang-layang disana.

2012

0 komentar:

Posting Komentar

 
;