Senin, 11 Juli 2011
Perempuan Itu Bernama Lia
Kupandangi lukisan perempuan di dinding kamarku
perempuan yang lebih banyak diam dan selalu tegar
wajahnya begitu mirip denganmu
dan aku mengingatmu malam ini
Lia... Lia... Lia...
seruan itu memecah sunyi dan kau tak peduli
ketika pagi kau terbangun semua telah berganti
tak ada lagi bangku kuliah atau senyum manis temanmu
bahkan gurau mereka tentang SPP dan makalah yang belum jadi
kau terdiam, pecahan air menggenang dan menetes di pipi
sesekali berkilauan terkena sinar mentari dari jendela
pintu kamarmu terkunci rapi dan kau memilih menyendiri
sementara sang Bapak diteras luar termenung
membiarkan semut-semut menyicipi segelas kopinya
tatapannya kosong, mungkin menyesali
bahkan mungkin mengutuk jalan pikirannya sendiri
yang tanpa ia sadari anaknya sudah dewasa
dan sudah saatnya mengenal dan merasakan cinta
kau paksakan tersenyum, walau mata itu lemah dan sedih
menatap cermin kau tak sanggup
mengambil sisir dan merapikan rambut
Lia... Lia... Lia...
panggilan itu terdengar sunyi
sang Ibu kini tak mampu tersenyum
membakar buku-buku yang tak lagi kau baca
cobalah ingat apa yang kau ucap beberapa bulan lalu
bukankah kau pernah berkata ketika menaiki anak tangga di kost mu
kau ingin jadi bintang, yang selalu bersinar dan berguna
raihlah dan yakinlah cahaya itu kian dekat memasuki aliran darahmu
(Buat Fitri Aprilia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar