Rabu, 02 November 2011
Tiga Hari di Jogja
Di Malioboro. hati telah kau isi dengan mendung. dengan langkah malu-malu dan dengan senyum agak kaku. kau santap lagi sate di atas meja. memandang langit dan berharap pada hujan. sebab hujan adalah tangis, dan tangis itu adalah suatu do'a. seperti burung-burung berkicau memuja Tuhannya dipuncak Borobudur. menatap langit senja dan membuka ingatanmu. tentang wanita berbaju ungu dengan hati dipenuhi benih api. wanita yang memagutmu jauh dan memasungmu begitu erat dengan matanya. yah matanya, agak kehitaman seperti pasir. pasir di Pantai Siung. dengan aroma-aroma dan balutan kain putih bergores darah. darah para bidadari. yang membawa langkahmu menari dan berpijak di alun-alun kota Jogja. menikmati angin, angin yang tentunya tak sama dengan angin dalam kamarnya yang berhembus melalui sela-sela rambut dan harum ketiaknya. Rebahkan saja, nafasmu adalah tangisan abadi dan jejakmu adalah kepahitan duniawi. di stasiun tugu Jogja, kereta akan membawamu menepi ke ujung malam. dan menepi dari semua yang kau namakan cinta.
2 Nopember 2011
Ilustrasi Gambar : Gadis Kereta Api at Stasiun Tugu Jogja (By: Danoe Saputra)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
sangat suka....bagiku,malioboro yang bergerimis kala senja adalah kesyahduan.
http://nourainayah.blogspot.com
Posting Komentar