Senin, 07 November 2011

Menjelang Maghrib di Bangle


(Sebuah Catatan Kecil)

Menjelang Maghrib di Bangle. Tuhan menamparku pada bocah yang masih ingusan. rok merah seragam sekolah masih ia kenakan. tampak debu dan keringat dipipi. mulutnya tak henti memakan bakso tusuk harga lima ratus. tak peduli hidup besok akan membuatnya menangis. di bangle, sebelum Joben. burung-burung bernyanyi dengan nada dua perempat. sesekali singgah di atas genteng sekolah. sekolah dasar dengan kelas sederhana dan begitu minim. tak ada halaman dengan bunga-bunga. tak ada ukiran indah dan tembok yang bercat rapi.

Berdiam disini. angin seakan berbisik. memaksa tuk menapak lebih jauh lagi tentang seorang Ibu dengan tujuh anak dan suami telah lama membeli sebuah rumah di bawah kamboja. atau seorang kakek tua yang masih menjadi kuli sawah walau kaki dan tangan sudah tak kuat berpegang. kemana anak-anaknya? anak-anak yang harusnya memberi makan dan memberi mimpi indah sebelum ajalnya menjelang.

Di Bangle. hidup berwarna hitam putih. hidup sulit dipikul dan terlalu berat untuk ditinggalkan.

Bangle, 03 Nopember 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
;