salam rindu pada daun,, aku mengadu teriakkan pada langit hitam, terus kucari untaian kata terniang melalui angin seperti jalan setapak kehatinya selalu, selalu diiringi bulan
kemana kaki dan hati berpijak genggaman tangannya menarik erat kembali, dan kau jangan tersesat seperti malam memberi naungan selalu, selalu diiringi bulan
semoga bulan mengisyaratkan ke hati sehingga ku dapat berkata aku pergi dan tak akan kembali mencoba melawan dan mengakhiri
Seketika, kau biarkan tubuhmu rebah menengadah berharap embun membasuhi segenap kepiluan yang kau rasa beserta segala kecewa yang sedang mendera
ini adalah neraka, sambil kau menatap tangan kirimu lantas surga seperti apa ? kau bertanya lirih hatimu terdiam tak dapat menemu jawaban karena surga hanyalah ibarat, angin membisikimu
air matamu menetes pelan dipipi namun senyum dibibirmu terkuak, aku gila aku sangat gila seperti senja yang mendung seperti bulan yang redup dan hanya kau yang bisa hanya kau yang mampu menerangi dan membelaiku
O, Maesa... adakah jiwa selayak engkau membasuh, menyinari dan menghangatkanku O, Maesa... adakah karya surga seindah engkau datanglah dan temani kerapuhan dan pilu ini
nyanyikan sebuah lagu, walau bibirmu kelu dan matamu sayu tentang malam dan langit mendung, tentang cinta dan pengharapan
sekali lagi aku minta, walau infus masih membalut kulit tegarkan hati, karena hidup memang seperti ini, sulit
Gadis yang selalu menjadi inspirasi, baik hati maupun raganya terbaring lemah dan bertarung melawan waktu, aku menunggu
sayap-sayap malaikat kian merangkulmu dan menina bobokanmu ikuti nyanyiannya perlahan dan kau akan merasakan nyaman sentuhnya
ketika hujan dan segenap kerinduan menyelimuti gerak-gerak hatimu yakinlah sehat itu datang bagai nyanyian burung yang selalu membelaimu
seperti daun, kau selalu memberi naungan, walau perih adanya seperti hujan, kau selalu menyirami, walau akhirnya menggigit ujung leher
malam menunggu, bintang tergerak melantunkan do'a bagi pencipta sembuhkan, walau dalam lelah tetap memohon sembuhkan selalu pintaku
Montong Betok, April 2011
Malam Ganjil di Hatimu
belum sempat kubaca seutas makna yang kau sirat namun duka memang sudah nampak terlalu akrab mengelus-ngelus dan mengupas satu irisan hati berlabuh dan mengalir bagai air hujan di matamu menetes dan membentuk satu kebimbangan dijiwamu, abadi
memang berat, diantara yang kau cinta dan mencintaimu karena kemelut terbesar seorang perempuan seperti ini aku mengingatmu sebagai sosok yang penuh akan kiasan namun aku salah berada disaat dan waktu seperti ini kugengggam saja sebagai pertanda ini perhatian terakhir, semoga
gerbang ini terbuka lebar seperti memberi jalan tuk segera pulang tak baik ku berada terlalu lama dalam keresahan seperti ini gerak hati dan tanganmu seakan berkata jangan tambah sakit ini sorot matamu pun seakan pertanda kau tidak menghendaki ini biarlah angin membawaku pergi dan mungkin tak kembali, rapuh
Montong Betok, April 2011
Bab Ketiga dalam Sajakku
Dia seperti malaikat, membelai dan menunggui pagimu menyeka air mata dan menenteramkan sakitmu, selalu
jarum jam yang kupunya terbatas, meniti pada kesibukan untuk segala mimpi-mimpiku tanpa harus mengabaikanmu andai saja jarum jam yang kau beri bisa lebih, mungkin aku bisa paling tidak hanya untuk sekedar menyamai apa yang ia beri untukmu
ketika fajar menghadirkan seberkas sinar do'a itu mengalir seperti tetes hujan basah, menerpa kekosongan dan menikam semua kegelisahan dihatiku tentangmu berharap duka itu terkubur dan terseret jauh tanpa meninggalkan senyumnya senyum seorang yang bagimu seperti malaikat dengan dua sayap yang terus merangkulmu dan memberi indah pelangi dalam kelam jiwamu
"...aku tak punya sayap,," berulang kali kukatakan padamu dengan segenap penyesalan akan jalan Tuhan yang dititip pada takdirku
selalu saja kau memberi satu senyum, entah apa maknanya selalu saja kau memberi satu pengharapan, yang selalu ditangkap riang oleh hatiku mungkin hanya hatimu yang mampu berkata, "Terima kasih sudah mencintaiku dengan caramu sendiri..."
bukankah hal terindah adalah ketika kita bisa mencintai dan dicintai seperti mendapatkan angin surga yang meringis masuk dalam telinga kaku, kau terdiam, dan lagi-lagi menatap ia yang bagimu malaikat tapi mencintaimu memang suatu kewajiban bagi hatiku, hatiku yang mungkin bodoh
"... Aku tak mau kehilangan kasih sayangmu.." Sebuah pesan yang kau titip bersama angin senja itu lantas tak sadarkah kau sudah menghilangkan sendiri sayang itu, terkubur perih, menukik-nukik, mencincang dan merampok segenap perasaan itu
" Maaf, terlalu sering membuatmu kecewa..." memaksa hatiku untuk sekedar tersenyum Yah, sebuah makna yang harus kufahami dengan memutar otakku tujuh kali
memang, Dia seperti malaikat, membelai dan menunggui pagimu menyeka air mata dan menenteramkan sakitmu, selalu
Seperti biasa jalan ini berduri Menembus segenap penjuru hati Seperti dedaunan kerap menyapa Dan kemudian memberikan butiran embun Tepat mengenai ujung rambut
Aku mengenangnya sepanjang jalan Belaian mesra serta tutur lembutnya Cerita manis dan ciuman hangatnya Berikut petuah dan harapan-harapannya
Aku rindu kamu Ibu Sambut aku
Montong Gading, Februari, 2011
Seperti Katamu
Aku sempat melayang Bimbang dalam senyum tak pasti Mengurai semua kisah dengannya Namun aku akan kembali Seperti katamu
Aku pernah meninggalkan semua Membelai malam dan bintang Merajut mimpi bersama angin Tapi pasti aku akan kembali Seperti katamu
Seperti racun Kau mengalir, mengalir, dan mengalir Dan terhembus di setiap hela nafasku
Pancor, 2010
Kutulis Sebuah Sajak
Aku duduk dalam hening Channel TV tak lagi menarik bagiku Bahkan enggan untuk sekedar membaca koran pagi ini
Teh di atas meja tak jua kuminum Beberapa panggilan di telepon genggamku terabaikan Bahkan enggan untuk sekedar menikmati kicau burung
Hanya angan, dan tangan bergerak melalui pena Selembar kertas kosong yang lusuh Ku tulis sajak tentangmu, tentang harapan
Tentang kita diguyur hujan Tentang kita merangkai mimpi Dan tentang kita yang terbalut dosa
Selong, 2011
Malam Pertama
Kuinginkan puisimu tentangku Memuji helai rambut dan ujung kuku ku Menggambarkan hidungku yang sedikit mancung Atau tentang bibirku yang menurutmu menarik
Kurindukan sajak dalam bait-baitmu Tentang segala yang ada padaku Bagaimana caraku berjalan, berfikir dan tertidur Semua tergambar jelas di puisimu Karena hanya engkau yang peduli akan ku
Entah kenapa aku rindu puisi-puisi mu Saat malam seperti ini Bersama lelaki yang tak ku tau hatinya Dan tak pernah ingin hidup bersamanya
Puisi adalah sebuah keseimbangan dan keharmonisan
Puisi adalah sebuah ungkapan jiwa yang terdalam
Puisi adalah rasa yang menuntunku erat kepadamu
Puisi adalah sebuah kekecewaan luar biasa antara kita dan Tuhan
Perkataan Itu
.....Suud Bawazzir Said, "Jangan hanya percaya pada Tuhan, tapi harus percaya juga pada pertolongan Tuhan".....
....[In Clip Bonjovi] Tuhan tidak akan mungkin membawa ku sejauh ini hanya utk meninggalkan ku..
... Yeyen [Yeni Maulida] Said, "Jangan cepat menyerah n putus asa, karena kita adalah manusia terpilih yg dipercaya Tuhan untuk dapat menjalani hidup ini, Jadi tetep SEMANGAT !!!"... ... ............ Jangan terlalu berharap ma orang, Amril Ayuni said
Fatih Kudus Jaelani pernah bilang __ Perjalanan adalah perjalanan :: Erika tetap erika :: dan lelaki itu tetap mencintainya ::
Pada dasarnya manusia itu memiliki sifat dasar jahat, orang baik adalah yang bisa mengalahkan sifat jahat tersebut... Banyak orang selalu mempunyai pandangan subjektif tentang sifat... Nilai sendiri saja.. terlalu banyak hal dalam hidup ini yang tak perlu di expose...