Sejenak di Suela
Sengaja kau biarkan genangan air menyentuh kakimu
bahkan memberikan kenyerian didalam hatimu
seiring kau bergumam tentang kekalahanmu
sakit memang, mencoba tegar dan kau terjatuh
seiring kabut tipis jatuh tepat mengenai ujung kepala
dan antara bebukitan yang pastinya tak serapuh engkau
Gerak daun dan hijau rerumputan memaksaku berhenti
hanya untuk sekedar menitip pesan pada hatimu
terbanglah...
temukan kembali dua sayapmu
Suela, 16.30 Wita
Malam Mendung
Masih saja kau berdiam
raut wajahnya belum jua nampak
namun janji sudah terucap
dan kau jangan terlambat
malam-malam bisu
lelaki dan perempuan tersedu
walau hati menarik erat
pulanglah jangan terlambat
Jangan menangis
kau datang tak sia-sia
biarkan kopi ini membakar kebekuan jiwa
dan mulailah berdikusi tentang cinta
Toya, 19.56 Wita
Di Rumah Teman
dimana dia anakku ?
seorang Ibu mulai bertanya
mengais kepala dan meraba
buka pintumu dan jangan kau bisu
sebab jarum jam masih beku
bahkan enggan untuk melaju
sementara rindu kian beradu
Penakaq, 21.15 Wita
Melewati Rumahmu
Sengaja kubutakan mataku
merebahkan segala keangkuhanku
sengaja kutulikan telingaku
mengikis semua naluri-naluriku
melewati jalan setapak kerumah mu
seperti embun, hatiku sejuk adanya
dan bibir bergumam menyebutmu
tak peduli beratus hari menahan rindu
dan kau menghilang sekian lama
Pesanggrahan Joben, 03.18 Wita
Perbatasan
Kalian beku, air ini beku
sementara aku masih kelu
kalian bernyanyi, daun ini bergoyang
dan aku masih mengenang
malaikat dengan senyum tipisnya
bunga dengan kelopak manisnya
dan hujan dengan segenap mendungnya
Sisakan untuk ku perjalanan
sebab kaki masih ingin menapak
walau raga sudah digadai berbulan lamanya
namun memikirkanmu tak ada batasnya
selalu, tak ada perbatasan
Jenggik, 03.57 Wita
29 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar