Jumat, 29 April 2011

JEJAK-JEJAK ITU

Sejenak di Suela


Sengaja kau biarkan genangan air menyentuh kakimu

bahkan memberikan kenyerian didalam hatimu

seiring kau bergumam tentang kekalahanmu

sakit memang, mencoba tegar dan kau terjatuh


seiring kabut tipis jatuh tepat mengenai ujung kepala

dan antara bebukitan yang pastinya tak serapuh engkau

Gerak daun dan hijau rerumputan memaksaku berhenti

hanya untuk sekedar menitip pesan pada hatimu


terbanglah...

temukan kembali dua sayapmu


Suela, 16.30 Wita




Malam Mendung


Masih saja kau berdiam

raut wajahnya belum jua nampak

namun janji sudah terucap

dan kau jangan terlambat


malam-malam bisu

lelaki dan perempuan tersedu

walau hati menarik erat

pulanglah jangan terlambat


Jangan menangis

kau datang tak sia-sia

biarkan kopi ini membakar kebekuan jiwa

dan mulailah berdikusi tentang cinta


Toya, 19.56 Wita



Di Rumah Teman


dimana dia anakku ?

seorang Ibu mulai bertanya

mengais kepala dan meraba


buka pintumu dan jangan kau bisu

sebab jarum jam masih beku

bahkan enggan untuk melaju

sementara rindu kian beradu


Penakaq, 21.15 Wita




Melewati Rumahmu


Sengaja kubutakan mataku

merebahkan segala keangkuhanku

sengaja kutulikan telingaku

mengikis semua naluri-naluriku


melewati jalan setapak kerumah mu

seperti embun, hatiku sejuk adanya

dan bibir bergumam menyebutmu

tak peduli beratus hari menahan rindu


dan kau menghilang sekian lama


Pesanggrahan Joben, 03.18 Wita




Perbatasan


Kalian beku, air ini beku

sementara aku masih kelu

kalian bernyanyi, daun ini bergoyang

dan aku masih mengenang


malaikat dengan senyum tipisnya

bunga dengan kelopak manisnya

dan hujan dengan segenap mendungnya


Sisakan untuk ku perjalanan

sebab kaki masih ingin menapak

walau raga sudah digadai berbulan lamanya

namun memikirkanmu tak ada batasnya


selalu, tak ada perbatasan


Jenggik, 03.57 Wita

29 April 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
;