Jumat, 08 April 2011

Empat Puisiku Yang Terlupakan


Jalan Pulang

Seperti biasa jalan ini berduri
Menembus segenap penjuru hati
Seperti dedaunan kerap menyapa
Dan kemudian memberikan butiran embun
Tepat mengenai ujung rambut

Aku mengenangnya sepanjang jalan
Belaian mesra serta tutur lembutnya
Cerita manis dan ciuman hangatnya
Berikut petuah dan harapan-harapannya

Aku rindu kamu Ibu
Sambut aku

Montong Gading, Februari, 2011



Seperti Katamu



Aku sempat melayang
Bimbang dalam senyum tak pasti
Mengurai semua kisah dengannya
Namun aku akan kembali
Seperti katamu

Aku pernah meninggalkan semua
Membelai malam dan bintang
Merajut mimpi bersama angin
Tapi pasti aku akan kembali
Seperti katamu

Seperti racun
Kau mengalir, mengalir, dan mengalir
Dan terhembus di setiap hela nafasku

Pancor, 2010



Kutulis Sebuah Sajak

Aku duduk dalam hening
Channel TV tak lagi menarik bagiku
Bahkan enggan untuk sekedar membaca koran pagi ini

Teh di atas meja tak jua kuminum
Beberapa panggilan di telepon genggamku terabaikan
Bahkan enggan untuk sekedar menikmati kicau burung

Hanya angan, dan tangan bergerak melalui pena
Selembar kertas kosong yang lusuh
Ku tulis sajak tentangmu, tentang harapan

Tentang kita diguyur hujan
Tentang kita merangkai mimpi
Dan tentang kita yang terbalut dosa

Selong, 2011



Malam Pertama

Kuinginkan puisimu tentangku
Memuji helai rambut dan ujung kuku ku
Menggambarkan hidungku yang sedikit mancung
Atau tentang bibirku yang menurutmu menarik

Kurindukan sajak dalam bait-baitmu
Tentang segala yang ada padaku
Bagaimana caraku berjalan, berfikir dan tertidur
Semua tergambar jelas di puisimu
Karena hanya engkau yang peduli akan ku

Entah kenapa aku rindu puisi-puisi mu
Saat malam seperti ini
Bersama lelaki yang tak ku tau hatinya
Dan tak pernah ingin hidup bersamanya

Pancor, Januari 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
;