Siang Akhir Desember
: balasan puisi Fatih Kudus jaelani
: Kulanjutkan untuk Amril Ayuni
Siang bisa mendung
tatkala sang perempuan yang dinanti
keluar dengan rambut terurai rapi
dan dengan senyum mekar berseri
sebungkus nasi hanya pelepas rindu
yang akhirnya ku buang jauh ke dasar laut
disaat perjalanan kerumahmu begitu membingungkan
aku hanya bersandar pada satu keyakinan
seperti pagi yang bisa menduga
aku bukan santapannya siang ini
meninggalkan kewajibanku hanya untuknya
yang akhirnya terbuang dengan percuma
aku yakin, ini saatnya melepas
walau air mata habis terkuras__
A_A
Selong, 2010
Telur Pecah
biarlah nafas terlepas
bukankah kematian adalah hal biasa
aku bukan Tuhan yang bisa abadi
aku bukan malam yg selalu menaungi
keindahan bukan hanya dibumi
aku ingin terlepas seperti hembusan angin
mengalir di sungai amazone, terhempas di padang gurun afrika
yang kubutuh saat ini adalah dia
dia sang pemberi semangat dan penyandar lelah
tapi dimana ?? entah dimana ??
harus cari di mana dia yang telah membawa semua
menyisakan kebimbangan
ah, biar saja terlepas, aku tak peduli
ku tulis disaat sepi dan raga serasa tak berarti
A_A
Selong, 2010
Malam Jum'at di Bawah Pohon Mangga
(di Rumah Pak Syaiful)
duduk di tengah-tengah bidadari dan malaikat.....
aku tersentak mati lampu, tapi wajahnya begitu terang bersinar
ada duka disini di dalam keremangan
ada suka terpancar disertai desiran air masuk ke tubuhku
aku bukan nabi yang bisa bersabar sepenuhnya
damai itu abadi seperti air yang mengalir menuju puncak surga
malam jumat, terasa seperti malam lainnya
bukan karena sang malaikat selalu memberikan canda
dan bukan karena senyum manis bidadari
ah,, aku mencoba berdiri memandang liukan bintang
Cinta itu absrak, tidak memandang status, aku tegaskan
masih ada keindahan di sisi ku masih ada kelemahan dihatiku
tergetar saja disaat sang bapak mengetuk pintu hati untuk berlabuh
aku diam, tapi senyumnya manis menurut kawanku Kudus Jaelani
biarlah aku terlelap malam ini melihat lukisan indah dikamarku
lukisan bidadari dengan sejuta makna dan seribu misterinya
Pancor, 2010
Last Day On December
kicau burung berubah merdu
desir angin menyapa lembut
belaian senja begitu indah
tahun segera berganti, aku tegaskan
nyanyian dedaunan merepih mesra
bisikan surya menenangkan hati
sekali lagi aku tegaskan, tahun segera berganti
uraian senyum mu kian tergambar
disela-sela dinding kelam kamarku
adakah engkau yang senantiasa menemani
membelai tidur dan membangunkan pagiku
di tahun yang akan berganti
semoga, ucap itu bergumam dihati
semoga, kian bergumam begitu keras
datanglah dan hiasi hidupku sampai mati
Selong, 2010
Langganan:
Postingan (Atom)